Artikel

Neurosains Pendidikan : Cara Terbaik Belajar Mengajar di Masa Pemerintahan Joko Widodo

Penulis : Suten Sumarten, Pemerhati Pendidikan PAUD Sumbawa

Masalah putus sekolah bukanlah masalah baru yang dihadapi oleh pemerintah pada masa pandemi. Tingginya angka putus sekolah menyebabkan terhambatnya tujuan dari pemerintah terutama dalam meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia.

Mengutip data dari UNESCO bahwa bencana krisis ekonomi ini bisa mendorong 90 hingga 117 juta anak ke dalam kemiskinan yang berdampak langsung terhadap penerimaan murid di sekolah sehingga berdampak terhadap banyaknya anak yang akan di tuntut untuk bekerja agar terpenuhi kebutuhan keluarga dalam kehidupan sehari – hari.

Dengan demikian, pemerintah mencoba pertimbangkan antara pendidik, pendidikan, pengajar dan pembelajar harus melakukan pendekatan agresif. Apalagi dalam situasi perubahan dan transformasi digital sehingga membutuhkan strategi belajar yang baik.

Maka beberapa waktu lalu, pemerintah secara tidak langsung menerapkan program merdeka belajar sebagai acuan utama dalam belajar mengajar untuk meningkatkan sumber daya manusia. Tentu pilihan strategi merdeka belajar itu adalah pada penafsiran sistem neurosains salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar ditengah Pandemi saat ini.

Neurosains sebagai strategi pembelajaran yang diberikan oleh tenaga pendidik. Maka, hal ini mendorong dan mendukung pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin agar penuh penerapan strategi pembelajaran yang berbasis neurosains. Jika cara terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan dukungan penuh sehingga pembelajar (siswa – mahasiswa) bisa terus berinovasi ditengah situasi perubahan dan transformasi digital.

Neurosains menjadi salah satu upaya pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin untuk memberikan kesempatan lebih besar terkait pengembangan strategi pembelajaran dalam perubahan digital. Pemahaman prinsip pembelajaran akan memudahkan proses memadukan potensi seorang siswa – mahasiswa, lingkungan dan perkembangan IPTEK.

Transformasi digital dalam pendidikan nasional yang dicanangkan sejak lama, kini menjadi harus dilakukan karena pandemi. Pilihan pemerintah menerapkan strategi neurosains dengan pendekatan pemaksimalan fungsi otak yang dikolaborasi dalam pengetahuan teknologi digital.

Seiring sejalan arahan Presiden Joko Widodo untuk belajar dari rumah pada masa pandemi telah mengubah jalannya proses dan sistem penerapan strategi belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Dalam kurun waktu tiga tahun ini, sektor pendidikan melakukan transformasi digital besar-besaran. Kegiatan pendidikan, mulai dari seleksi, proses belajar, sampai wisuda, dilaksanakan secara daring (online).

Pemerintah, guru, siswa, sekolah, dan orangtua bersinergi agar pembelajaran dapat tetap berjalan. Komunitas internet, yang tersebar di seluruh Indonesia, juga terus bekerja menjaga kelancaran internet dan meningkatkan literasi digital masyarakat. Problem kesenjangan digital dan literasi digital yang selama ini menjadi akar masalah mendadak harus diselesaikan dengan berbagai improvisasi kebijakan regulasi.

Strategi neurosains pemerintah menunjukkan jika pemahaman tentang fungsi otak akan membantu mengoptimalkan sistem pembelajaran yang optimal pula baik secara offline maupun online. Neurosains bisa menjadi ilmu dasar dari strategi pembelajaran yang bisa dilakukan guna menyeimbangkan fungsi otak dalam menerima dan memproses pembelajaran dengan fasilitas daring.

Neurosains merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari segala hal terkait otak dan syaraf. Jika dahulunya ilmu ini berupa cabang ilmu Biologi, saat ini neurosains telah banyak dikembangkan dalam ilmu kedokteran, psikologi dan cabang ilmu kognitif lainnya.

Seperti yang diketahui, setiap tenaga pendidik memiliki cara dan metodenya sendiri untuk mengembangkan pembelajaran. Hanya saja kebanyakan diantaranya masih jauh dari kata maksimal akibat tenaga pengajar yang tidak memahami cara kerja otak manusia dalam menyerap pembelajaran.

Seluruh aspek dalam definisi Pendidikan dilaksanakan sepenuhnya secara daring. Artinya, pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin sudah pertimbangkan bahwa strategi neurosains sebagai kekuatan pembelajar (siswa – mahasiswa) dalam elaborasi kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual dan emosional dapat diberikan secara sepenuhnya melalui pembelajaran daring.

Strategi neurosains menghadirkan keduanya untuk saling melengkapi sehingga munculnya interaksi rasa cinta dan hormat dalam proses pendidikan. Disitulah tenaga ajar diharapkan bisa mengupayakan yang terbaik untuk bisa memahami dengan benar metode atau strategi pembelajaran yang tepat sehingga semua ilmu yang disumbangkan ke siswa – mahasiswa bisa diserap dan diterapkan dengan sebaik-baiknya.

Strategi neurosains diterapkan oleh pemerintah merupakan manifestasi program merdeka belajar untuk memaksimalkan tenaga ajar yang mengedepankan kebutuhan siswa – mahasiswa. Pahami dengan baik kerja otak siswa – mahasiswa untuk memudahkan mereka menyerap semua pembelajaran.

Sesuai surat keputusan bersama empat menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran menyatakan, hanya satuan pendidikan yang berada di daerah zona hijau yang dapat melakukan pembelajaran tatap muka dengan segala persyaratannya, yang artinya 94 persen didik akan tetap melakukan kegiatan belajar dari rumah. Maka, perlu elaborasikan strategi agar siswa – mahasiswa dapat belajar dengan baik dan meningkatkan kecerdasan otak.

Kondisi pandemi memaksa sebagian besar daerah di Indonesia melaksanakan kegiatan belajar dari rumah karena kesehatan dan keselamatan siswa, guru, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat adalah prioritas utama. Kualitas pendidikan yang tentu berbeda jika dilakukan secara tatap muka di kelas perlu ditoleransi dengan fokusk pada aspek psikogis, sensorik, dan motorik yang dikombinasikan penggunaan teknologi secara efektif.

Dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR pada 2 Juli 2020, Mendikbud Nadiem Makarim mewacanakan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan bersifat permanen karena adaptasi terhadap teknologi tidak akan kembali lagi. Adaptasi teknologi yang dimaksud mulai terlihat dalam keseharian kita saat ini yang telah terbiasa melaksanakan rapat daring, padahal sebelum pandemi sangat jarang digunakan.

Pembelajaran daring bagi sebagian siswa bukanlah hal yang baru. Sebelum pandemi, saat pembelajaran guru dirasakan kurang mencukupi, sebagian melengkapinya dari program bimbingan belajar dan sebagian lagi memanfaatkan platform seperti Ruangguru, Quipper, Zenius, atau mencari di Youtube.

Pendidikan di era normal baru akan dihiasi dengan kombinasi pembelajaran daring dan luring yang bersifat saling mengisi dan melengkapi. Guru lebih berperan sebagai fasilitator untuk melengkapi kompetensi siswa dari bahan ajar daring maupun luring.

Konten yang tersedia bukan hanya berisi materi ajar, seperti dalam buku teks, melainkan juga materi dari praktisi industri. Siswa akan lebih merdeka menambah pengetahuan dari berbagai konten daring dan untuk itu, terdapat empat hal yang perlu dikejar pada semester kedua tahun 2020.

Pertama, konten pembelajaran tidak akan ada artinya jika tidak ada fasilitas untuk mengakses konten tersebut. Infrastruktur Palapa Ring, tulang punggung internet Indonesia yang telah diselesaikan di akhir tahun 2019, perlu segera diteruskan agar segera menjangkau rumah, sekolah, kampus, dan lokasi belajar lainnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama para penyedia jasa internet berperan penting untuk pembelajaran.

Cara terbaik strategi neurosains bagi tenaga pendidik yakni pertama, tenaga pendidik harus tetap memberi motivasi siswa untuk tetap bersemangat meraih cita-cita walau dalam kondisi pandemi dan belajar di rumah.

Kedua, perhatian khusus perlu diberikan kepada siswa dan sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas akses ke konten pembelajaran serta penyediaan sarana belajar bagi siswa.

Ketiga, mendorong penyediaan fasilitas Wi-Fi gratis di banyak tempat publik oleh pemerintag sehingga menjadi salah satu solusi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Tentu perkuat penerapan strategi pembelajaran neurosains.

Keempat, selagi infrastruktur dan akses dibangun, peningkatan literasi digital perlu dilakukan terhadap siswa, mahasiswa, guru, dosen, orangtua murid, dan tenaga kependidikan di sekolah dan kampus.

Kelima, Literasi digital yang dibangun tentu perlu disesuaikan dengan peran dan fungsi dari setiap pihak sehingga target strategi pembelajaran neurosains dapat melibatkan langsung tenaga pendidik, pengajar dan pembelajar (siswa – mahasiswa).

Keenam, selagi kesenjangan infrastruktur dan kesenjangan literasi digital dibenahi, konten dan platform pembelajaran mengikuti kurikulum standar nasional perlu disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Platform yang disediakan menjadi platform standar nasional sehingga setiap sekolah tidak perlu membangun atau mencari platform yang lain dan cukup mengakses platform kementerian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *