Simalungun, buanapagi.com – Ketua Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) Kabupaten Simalungun Sihar Napitupulu. SM angkat bicara soal kejadian bencana alam di Parapat sehingga menyebabkan banjir, Kamis (13/5/2021) kemarin.
Dia mengatakan, bahwa ada dua lokasi tempat terjadinya bencana alam tersebut yang pertama berada di Jalan Anggarajim dan Jalan Sisingamangaraja Kelurahan Parapat Kec.Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun, bukan di jembatan Sidua-dua, ujarnya, Senin (17/5/2021).
“Curah hujan mengakibatkan meluapnya aliran sungai mengalir deras, dan melintasi sebagian rumah penduduk yang ada di Jln. Angarajim dan Jln. Sisingamangaraja Parapat, diperkiraan kejadian tersebut dikarenakan meluapnya aliran sungai akibat hujan deras yang berasal dari Sungai Dusun Bangun Dolok sehingga menyebabkan banjir di Jln Anggarajim dan Jln.SM.Raja Kelurahan Parapat, menyebabkan aliran air melewati Jln. Sisingamangaraja dan terus mengalir ke jalan (depan Polsek) sehingga menyisakan lumpur di sepanjang badan jalan”, ucap Sihar Napitupulu.
Disebutkannya, lokasi kedua berada di Depan Gereja Swalan Kec. Girsang Sipangan Bolon bahwa telah bencana alam longsor di jalinsum di Kampung Sualan Nagori Sibaganding Kec.Girsang, diakibatkan tingkat curah hujan yang tinggi sehingga longsoran bebatuan dari Bukit Sipangan Bolon mengakibatkan, badan jalan tertutup oleh tumpukan materil batu dan tanah.
Ketua Pospera Sihar Napitupulu menghimbau kepada masyarakat, untuk tidak salah menerima informasi dan sampaikan kepada masyarakat bahwa saat ini cuaca masih belum bersahabat, tingkat curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan suatu waktu bisa terjadi banjir kembali.
Adapun lokasi yang dikunjungi, katanya, Pengurus POSPERA Kabupaten Simalungun di mulai dari Simpang Palang sampai ke kawasan Hutan Lindung Sitahoan yang melawati Bukit Barisan yang berlapis-lapis, dan letak Gunung Sitahoan tersebut diperkirakan menempuh jarak 12 KM dan gunung-gunung berlapis dari Sitahoan ke Parapat. Bukan hanya itu, bahkan air bersumber dari gunung-gunung Sitahoan itu mengaliri paret-paret mengarah ke tanah Jawa dan bukan sebaliknya.
“Berdasarkan hasil survei yang kami jalani sepanjang kurang lebih 3 Km jalan yang mendaki, baru akhirnya kami turun kebawah menuju Girsang Sipangan Bolon, dan bukan aliran air dari sitahoan membuat kota parapat menjadi banjir”, pungkasnya.
Ditambahkannya, bahwa di kedua lokasi banjir tersebut sudah bersih dari materil batu dan tanah berkat kerjasama Personil TNI dan Polri dan masyarakat setempat, namun demikian untuk masyarakat para pengendara yang melintas menuju Parapat agar tetap berhati-hati, juga kepada masyarakat yang akan berwisata kami juga mengingatkan untuk tetap mengikuti protokol kesehatan dan membatasi 50% jumlah masyarakat dari kapasitas lokasi wisata ujarnya ke media.
Hal yang senada diamini warga Parapat, bahwa terjadinya banjir badang di Kota Parapat. Bukan air dari Sitahoan, melainkan air dari dua sungai yaitu sungai Simarbalatuk dan sungai Sisae Sae bersatu ke sungai Sigala-gala yang menyebabkan air meluap.
“Kami tidak terima, jika diberitakan penyebab banjir akibat penebangan liar itu semua hoaks”, demikian dikatakan warga Parapat Muden Sinaga dan Tiar Br. Sinaga didampingi Ketua Lingkungan lll Bonan Dolok, bermarga Lindunga Manik.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua APBD Watch Erwin Purba Tambak SH, bahwa air yang mengalir ke Kota Parapat, bukan air dari Sitahoan, akan tetapi dari Simarbalatuk dan sungai Simarsae Sae bersatu di sungai Sigala gala, ditambah curah hujan yang sangat tinggi beberapa hari ini, sesuai tinjauan langsung ke hulu sungai dan tidak ada aktivitas penebangan liar kami temukan di lapangan, pungkasnya. (bp/SN)