Pekan Baru, buanapagi.com – Kasus jebolnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) milik Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT Inti Indosawit Subur (PT IIS PMKS) yang tergabung dalam group Asian Agri pada Selasa (2/2/21) lalu masih menunggu keseriusan instansi terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup Pelalawan , Dinas Lingkungan Phidup Provinsi Riau dan aparat penegak hukum.
Hal tersebut disampaikan Rachmat Isra SH dari Kantor hukum RYA & Rekan yang beralamat di Jln Paus, Pekanbaru selaku kuasa hukum masyarakat korban dampak jebolnya IPAL seperti hilangnya mata pencaharian mereka, rentan penyakit kulit dan pengaruhnya terhadap balita.
Menurut Rachmat Isra dirinya sebagai kuasa hukum masyarakat mempunyai komitmen yang telah disepakati dalam menjaga kelestarian lingkungan, pihaknya akan terus mengawal proses penegakan hukum terhadap kasus ini agar pihak perusahaan tidak menganggap enteng persoalan yang menyangkut hidup orang banyak.
“Perusahaan ini diketahui mengantongi sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Dimana ada komitment-komitment yang harus ditaatinya. Salah satunya adalah soal menjaga kelestarian lingkungan ,” ujar Rachmat Isra SH saat ditemui di kantornya , Kamis (5/3)
PT Inti Indosawit Subur yang merupakan unit bisnisnya Asian Agri salah satu perusahaan kelapa sawit di Indonesia kembali memperoleh penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) Hijau untuk pabrik kelapa sawit milik perusahaan yang berada di Tungkal Ulu, Provinsi Jambi.
Penghargaan diserahkan secara langsung oleh Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Kementerian LHK) Republik Indonesia kepada Manumpak Manurung, Head of
Industrial Relations Asian Agri, bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta (27/12).
Dimana Proper merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementerian LHK untuk mendorong upaya dan tanggung jawab perusahaan ataupun kegiatan usaha lainnya dalam mengendalikan kelestarian lingkungan.
“Peristiwa jebolnya instalasi limbah ini, lanjutnya, merupakan kelalaian pihak PT. Inti Indosawit Subur sehinga mengakibatkan kerusakan di sepanjang alur sungai Pematang, Desa Air Hitam, Pelalawan, Riau dan hal tersebut sudah diakui salah seorang Humas PT Indosawit Ukui, Sitompul kepada salah satu media. Dalam penjelasannya memang telah terjadi musibah jebolnya tanggul limbah milik PKS mereka. Rusaknya tanggul ini diduga akibat hujan lebat”, ungkap lelaki yang tergabung dengan PERADI .
Dalam hal ini pihak perusahaan juga mengakui pihak Dinas Lingkungan Hidup Pelalawan juga sudah berada di lokasi sungai yang diduga tercemar tersebut. Namun belum ada memberikan keterangan resmi terkait peristiwa tersebut. Perubahan warna pada air sungai menjadi hitam pekat dan matinya ikan menandakan konsentrasi limbah tersebut mengandung kimia berbahaya.
“ Kami sayangkan, kesan pengabaian terhadap warga penerima dampak pencemaran ini berlarut-larut tak kunjung diselesaikan. Oleh karena itu, kami harap pemerintah melalui KLH mencabut penghargaan itu, dan pada penilaian tahun ini tidak layak didapatkan serta perlu dilakukan investigasi independent dalam pemberian penilaian”, tegasnya.
Ironisnya lagi bahwa pihak perusahaan menawarkan dan mengklaim warga untuk membangun salah satu fasilitas umum, yang seyogiayanya merupakan sudah kewajiban perusahaan dalam mengalokasikan dana CSR atau PKBL yang menjadi harga sekitar.
Seperti diketahui hingga saat ini warga belum menerima bantuan akibat dampak kebocoran limbah cair, milik perusahaan anak perusahaan Asian Agri tersebut, sesuai kebutuhan masyarakat sehari-harinya.
“Laporan warga kepada kami, kebutuhan air bersih, makanan pokok dan lauk pauk yang sebagian besar mengharapkan dari ikan air tawar (sungai,red) belum terealisasi dan diterima warga.”ujarnya .
Memang, lanjutnya saat ini perusahaan sedang melakukan perbaikan, disamping proses perbaikan tersebut namun selayaknya masyarakat menerima bantuan pokok tersebut tanda pihak perusahaan peduli terhadap warga sekitar..
Sementara itu Siddik (43) seorang Warga Ukui yang kesehariannya mencari ikan di sungai tersebut mengakui, berubahnya kondisi air beberapa hari terakhir yang mengakibatkan tidak adanya ikan yang di dapat.
“Kuat dugaan, berubahnya air sungai pematang ini akibat masuknya luapan limbah pabrik kelapa sawit yang ada dihulu sungai milik PT Indosawit,” ujar Siddik dengan memelas. ( ndo ).