Kisaran, buanapagi.com – Raut sedih di wajah Muzaenah (31) warga Dusun VI, Desa Sei Alim Hasak, Kecamatan Sei Dadap, Kabupaten Asahan yanh harus menanggung kesedihan melihat kondisi suaminya, Julianto (37) yang hanya bisa terbaring karena sakit lumpuh.
Suara menggeletar terurai dari bibir Muzaenah yang mengungkapkan keluhannya. Ibu dari 3 anak yang bernama Laila Ramadhani (9), M. Fadrianto (4) dan Amira Oktavia (2) ini mengisahkan pahitnya kehidupan rumah tangganya sekarang.
“Untuk menyambung hidup aja kami dapat dari iuaran tetangga dan dapat dari mertua saya, sementara mertua saya hanya seorang penggali kubur. Suami saya sekarang sudah enggak bisa kerja karena keadaannya seperti ini,” ungkap Muzaenah kepada wartawan, Jumat (25/9/2020).
Memeras kain basah kemudian membasuhi tubuh Julianto yang terbaring di kasur, Muzaenah menceritakan bahwa ia tak menduga akan mengalami hal seperti ini.
Sudah 2 bulan lamanya Julianto mulai merasakan sakit. Sejak itu juga Julianto tidak bisa beraktifitas seperti biasanya menjadi buruh di salah satu pabrik karet.
“Pertamanya setiap makan muntah-muntah, terus periksa ke dokter spesialis penyakit dalam, katanya sakit lambung. Diberi obat tapi gak sembuh juga,” jelas wanita kelahiran pulau Jawa ini.
Diceritakannya bahwa Julianto menjalani rawat jalan di rumahnya. Kemudian, di perut Julianto ada benjolan hingga periksa lagi kepada dokter spesialis penyakit dalam di RSUD H. Abdul Mannan Simatupang (HAMS) Kisaran dinyatakan bahwa Julianto mengidap sakit lever.
“Setelah itu ada seminggu kemudian pinggang suamiku (Julianto,red) terasa panas, dari itu suamiku dibawa periksa lagi katanya positif Hepatitis B dan di rongsen katanya urat sarafnya terjepit. Kemudian diberi rujukan oleh dokter agar dibawa ke dokter spesialis penyakit dalam yang ada di Rumah sakit Adam Malik Medan,” terang Muzaenah dengan mata berkaca-kaca.
Takut Corona serta terbatasnya biaya, mencegah Julianto dan keluarga untuk membawanya ke RSU Adam Malik Medan.
“Di berita rumah sakit Adam Malik adalah rumah sakit rujukan korona, kami takutlah. Selain itu biaya kami mau ke Medan gak ada, karena rujukan yang di beri bukan rujukan rawat inap, tapi ke dokter spesialis,” kata Muzaenah.
Niat untuk membawa Julianto ke RSU Adam Malik terabaikan, Julianto dan keluarga memilih berobat terapi di rumah.
Suatu ketika, ada keluhan baru yang muncul lagi dari tubuh Julianto. Julianto merasa perutnya sakit dan tidak bisa buang air besar. Selain itu, timbul juga kelumpuhan pada bagian pinggang hingga kaki.
“Langsung kami bawa ke rumah sakit Sei Dadap. Di sana dirawat inap selama lima hari. Sama pihak rumah sakit, suamiku di USG hasilnya kata dokter Hepatitis B dan ada benjolan di perut. Sama seperti dokter yang ada di rumah sakit umum kisaran, disarankan rujuk ke dokter spesialis di rumah sakit adam malik Medan,” sambungnya.
Dengan kesepakatan bersama, Muzaenah dan keluarga membawa pulang Julianto dari rumah sakit. Hingga kini Julianto hanya mendapatkan perawatan biasa sambil membujur di kasur lantai.
Muzaenah mengaku belum dapat perhatian dari pemerintah manapun. Hanya bisa menahan diri menghadapi penderitaan.
“Terkadang anak saya nangis karena ingin bisa seperti kawannya membeli jajan. Tapi saya harus bisa lebih hemat lagi karena keadaan kami saat ini lagi keritis. Syukurnya ada bapak dan ibu mertua yang selalu peduli. Tapi bapak mertua keadaannya pun terbatas, karena beliau hanya seorang penggali kubur,” cerita Muzaenah yang sambil mengelus dada.
Senada dengan Radiman, orang tua Julianto. Radiman mengungkapkan keadaan Julianto saat ini sangat memprihatinkan.
“Gak tega aku lihat anakku. Cucu ku juga kasiah kali sekarang. Aku gak tau harus mengaduh kemana, hanya kepada Allah lah aku bisa mengaduh. Aku hanya seorang penggali kubur, keterbatasan ekonomiku cukup tinggi,” beber Radiman sambil meneteskan air mata.
Kepedulian pemerintah sangat menjadi harapan oleh Radiman untuk membantu meringankan beban Julianto.
“Kemaren warga sekitar iuaran untuk membantu Julianto. Tapi kan gak mungkin mau seterusnya seperti itu. Semoga lah Pemerintah peduli dengan Julianto untuk meringankan bebannya,” tutup Radiman. (bp/IZAL)