Aceh Tamiang, buanapagi.com – Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Assalam Kompleks Buaran Regency, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Waktu Indonesia Bergerak (WIB) Provinsi Sumatra Utara, menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi korban banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang.
Penggalangan donasi tersebut dipimpin Ketua DPW WIB Sumatra Utara, Agustin Malik, SE, sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang bercampur lumpur dan material kayu yang melanda wilayah perbatasan Aceh Tamiang dengan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.
Bantuan yang disalurkan berupa makanan, minuman, pakaian, tikar, susu, serta berbagai kebutuhan pokok lainnya. Penyaluran difokuskan ke daerah pelosok yang sulit dijangkau dan minim bantuan, di antaranya Kecamatan Rantau, Kampung Durian, Kampung Lalang, serta kawasan Kebun Ubi di Aceh Tamiang.
Agustin Malik mengatakan, penyaluran bantuan ini ditujukan khusus untuk warga yang berada di wilayah terpencil dengan akses terbatas akibat rusaknya infrastruktur pascabanjir bandang.
“Kami bekerja sama dengan DKM Masjid Assalam melakukan penggalangan donasi untuk membantu saudara-saudara kita di Aceh Tamiang, terutama yang berada di pelosok. Akses menuju lokasi sangat sulit karena banyak jalan dan jembatan rusak berat akibat banjir lumpur bercampur material kayu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, perjalanan menuju lokasi bencana yang biasanya dapat ditempuh sekitar empat jam, kali ini memakan waktu hingga sembilan jam karena medan yang berat dan kondisi jalan yang rusak parah. Tim relawan tiba di lokasi pada Minggu (14/12/2025).
“Kondisinya sangat memprihatinkan. Warga hidup di tengah gelap dan bertahan di tenda-tenda seadanya. Bau lumpur yang bercampur material membusuk sangat menyengat, penerangan sangat minim, dan hujan masih terus turun. Bahkan di beberapa lokasi tidak terlihat adanya tim penyelamat yang siaga,” ungkap Agus, sapaan akrabnya, dengan nada sedih.
Melihat kondisi tersebut, Agus mengimbau para relawan dan pihak-pihak yang hendak menyalurkan bantuan agar turut membawa perlengkapan penerangan dan kebutuhan pendukung lainnya.
“Kami berharap setiap bantuan yang datang juga menyertakan lilin, terutama lilin berukuran besar, serta obat anti nyamuk, baik oles, semprot, maupun bakar. Di lokasi pengungsian, hanya sekitar 20 persen warga yang mendapatkan penerangan saat malam hari,” pintanya.
Lebih lanjut, Ketua DPW WIB Sumatra Utara itu mengecam keras praktik pembalakan hutan yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir bandang dahsyat tersebut. Ia menyoroti penebangan hutan secara masif tanpa mempertimbangkan keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan.
“Kami mengecam keras segala bentuk perusakan hutan, baik yang dilakukan oleh perusahaan milik negara maupun swasta. Kami memohon kepada Presiden Prabowo Subianto agar mencabut izin usaha perusahaan-perusahaan perusak hutan dan menuntut pertanggungjawaban penuh atas bencana yang telah menelan ribuan korban,” tegasnya.
Ia menambahkan, pihaknya bersama masyarakat akan terus memantau dan menyoroti persoalan tersebut hingga masyarakat mendapatkan keadilan dan lingkungan hutan di Sumatra kembali lestari.
“Kami tidak membutuhkan perkebunan yang berlebihan. Kami hanya ingin hidup damai, aman, dan nyaman tanpa ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa menenggelamkan wilayah kami,” lanjutnya.
Agus menegaskan bahwa hutan merupakan aset negara dan dunia, bukan milik segelintir kelompok. Menurutnya, merusak hutan sama dengan merusak peradaban dan mengancam jutaan nyawa manusia.
Ia juga mengingatkan bahwa pejuang lingkungan hidup yang memperjuangkan hak atas lingkungan yang baik dan sehat tidak dapat dipidana atau digugat secara perdata, sebagaimana diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diperkuat oleh Permen LHK Nomor 10 Tahun 2024 serta pedoman Mahkamah Agung terkait prinsip anti-SLAPP untuk mencegah kriminalisasi aktivis lingkungan. (Red/Lala)


