Ekonomi

Harga Cabai Merah Terjun Bebas, Petani Terancam Merugi

Deli Serdang, buanapagi.com – Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Sumatera Utara terus melemah. Di Pasar Tradisional Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, harga cabai merah pada perdagangan hari ini tercatat hanya Rp16.000 per kilogram. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani, karena harga tersebut nyaris menyentuh ambang kerugian.

Meskipun demikian, pantauan harga di sejumlah pasar lain menunjukkan variasi yang cukup signifikan. Di Kota Medan, harga cabai merah dijual dalam rentang Rp23.000 hingga Rp30.000 per kilogram. Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat rata-rata harga cabai merah di Medan mencapai Rp25.900 per kilogram.

‘Harga cabai merah di Kota Medan terpantau lebih rendah dibandingkan sejumlah kota lain di Sumatera Utara seperti Gunungsitoli, Padang Sidempuan, dan Sibolga. Namun, harga di Medan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah Stabat, Lubuk Pakam, serta beberapa kota lain di kawasan pantai timur”, ujar pengamat ekonomi Gunawan Benjamin, Kamis (22/5/2025).

Kondisi ini, kata Gunawan, menimbulkan dampak serius bagi petani. Berdasarkan perhitungan biaya produksi, harga pokok produksi (HPP) cabai merah mencapai Rp12.128 per kilogram. Dengan margin keuntungan yang wajar sebesar 30 persen, seharusnya petani menjual cabai minimal Rp15.767 per kilogram. Jika harga di tingkat konsumen hanya Rp16.000, maka keuntungan yang diperoleh petani sangat tipis—bahkan berisiko di bawah HPP bila biaya distribusi dan tengkulak turut diperhitungkan.

Sejumlah petani di Kabupaten Karo dan sekitarnya menyebutkan bahwa harga jual mereka saat ini memang berkisar di angka Rp16.000 per kilogram. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan petani tidak lagi mencukupi untuk menutupi biaya operasional, apalagi untuk menabung atau berinvestasi dalam musim tanam berikutnya.

‘Anjloknya harga cabai merah dikhawatirkan akan menurunkan nilai tukar petani, khususnya di sektor hortikultura. Nilai tukar petani merupakan indikator penting yang mencerminkan kemampuan daya beli petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun keperluan produksi”, jelas Gunawan.

Selain itu, kondisi ini juga dapat berdampak pada berkurangnya minat dan kemampuan petani untuk kembali menanam cabai. Jika hal ini terjadi, dalam jangka pendek dapat memicu kelangkaan pasokan dan akhirnya mendorong lonjakan harga di kemudian hari.

“Saat ini, konsumen memang diuntungkan dengan harga yang lebih murah. Namun, jika harga terus terpuruk dan petani enggan menanam kembali, bukan tidak mungkin lonjakan harga cabai merah akan kembali terjadi seperti siklus-siklus sebelumnya”, pungkasnya.(bp/ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *