Teks Foto: Tengku Feria Aznita, Chairman AUSTINDO Chapter North Sumatera, (Tengah) foto bersama gajah di Tangkahan
Tangkahan, buanapagi.com – Kabut pagi masih menggantung di antara pepohonan raksasa kawasan Tangkahan ketika rombongan wisatawan dari Singapura, Malaysia, dan Thailand memulai hari kedua petualangan mereka. Di tengah suara gemericik sungai yang jernih dan sesekali panggilan burung hutan, Tengku Feria Aznita, Chairman AUSTINDO Chapter North Sumatera, membagikan pandangannya tentang masa depan wisata petualangan di Sumatera Utara.
Bagi Tengku Feria, Tangkahan bukan sekadar destinasi. Ia adalah pengalaman yang mengajak wisatawan kembali pada alam yang sesungguhnya—apa adanya, tanpa polesan, tanpa rekayasa. “Kita ini welcome to the jungle,” ujarnya sambil tersenyum. “Apa yang wisatawan temui di sini benar-benar alami. Dan justru itu yang kita jual,” ujarnya, Rabu (26/11/2025) di Tangkahan, Langkat.
Kealamian Tangkahan, menurutnya, menjadi kekuatan besar dalam mempromosikan adventure tourism. Wisatawan dari luar negeri, terutama dari kawasan Asia Tenggara, kini semakin mencari pengalaman yang tidak dibuat-buat—mereka ingin belajar, merasakan, dan berinteraksi langsung dengan alam.
Tengku Feria menyebut respons para agen perjalanan dari Singapura, Malaysia, dan Thailand sangat positif. Banyak di antara mereka melihat Tangkahan sebagai destinasi yang cocok untuk program edukasi, mulai dari sekolah hingga universitas. “Mereka fokus pada pembelajaran. Ini modal kuat untuk membawa lebih banyak wisatawan muda ke Sumatera Utara,” katanya.
Meski begitu, ia menyadari bahwa beberapa fasilitas mungkin perlu ditingkatkan. Bukan untuk memodernisasi Tangkahan, tetapi untuk memastikan kenyamanan dasar tetap terjaga. “Fasilitas sederhana bukan masalah. Justru suasana kampung dan hutan itu yang dicari. Yang penting kebersihan dan penataan tetap dijaga,” ujarnya menegaskan.
Selama dua hari di Tangkahan, rombongan dibawa mengenal satwa liar, menyusuri sungai, hingga menikmati keheningan hutan tropis yang masih terjaga. Setelahnya, perjalanan dilanjutkan ke Bukit Lawang untuk menyusuri gua kelelawar dan mengamati monyet-monyet liar—rangkaian perjalanan yang dirancang untuk memperkenalkan wajah lain dari Sumatera Utara sebagai pusat wisata alam.
Bagi Tengku Feria, kombinasi Tangkahan dan Bukit Lawang adalah paket lengkap: petualangan, edukasi, dan konservasi. “Mudah-mudahan setelah ini promosi semakin kuat. Kita ingin agen-agen perjalanan membawa cerita ini kembali ke negaranya,” harapnya.
Di tengah hiruk pikuk industri pariwisata yang semakin modern, Tangkahan menawarkan sesuatu yang berbeda: pengalaman yang jujur, alami, dan menyentuh. Sebuah perjalanan yang bukan hanya soal melihat, tetapi merasakan.
Dan hari itu, di antara pepohonan yang menjulang, Tangkahan kembali membuktikan dirinya sebagai permata hijau Sumatera Utara—tempat di mana rimba menyambut setiap tamu dengan tangan terbuka.(bp1)

