Langkat, buanapagi.com – Di balik lebatnya hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Tangkahan kembali membuktikan dirinya sebagai surga kecil yang menyimpan pengalaman alam tak tertandingi. Salah satu daya tarik utamanya adalah aktivitas memandikan gajah kegiatan sederhana namun begitu memikat wisatawan dari berbagai negara.
Pagi itu, air sungai yang jernih mengalir tenang ketika para pemandu membawa dua gajah muda, Karlos dan Boni, menuju tepian sungai. Karlos, gajah jantan berusia sekitar dua tahun setengah, berjalan riang di belakang kakaknya, Boni, seekor betina berusia hampir lima tahun. Keduanya menjadi favorit para pengunjung karena tingkahnya yang masih lincah dan menggemaskan.
“Turis mancanegara paling senang saat bisa menyentuh dan memandikan gajah langsung di air. Mereka bilang ini pengalaman yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya,” ujar salah satu pemandu setempat Nanta, Selasa (26/11/2025). Ia bercerita, banyak wisatawan yang merasa tak percaya bisa sedekat itu dengan hewan sebesar gajah, apalagi memberi makan dan berfoto bersama.
Namun Tangkahan bukan hanya tentang gajah. Wilayah ini menyimpan begitu banyak pesona yang membuat satu hari kunjungan terasa jauh dari cukup. Para pemandu menyarankan minimal tiga hari agar wisatawan bisa menikmati seluruh kekayaan alamnya.
Di aliran sungai yang sama, wisatawan juga bisa menikmati tubing mengikuti arus sungai dengan ban besar atau menjelajah jalur trekking menuju Gua Kalung dan Gua Kampret. Sedikit lebih jauh, deretan empat hingga lima air terjun menanti untuk dijelajahi, masing-masing dengan karakter yang berbeda.
Destinasi air panas alami pun menjadi pilihan bagi mereka yang mencari relaksasi setelah aktivitas petualangan. “Kalau wisatawan lokal, biasanya lebih senang ambil foto banyak-banyak. Tapi kalau bule, mereka senang ‘merasakan’ alamnya,” jelas Nanta sambil tersenyum.
Saat musim durian tiba, suasana Tangkahan berubah menjadi lebih hidup. Para tamu diajak menikmati durian langsung di ladang, memungut buah yang baru jatuh dari pohon sebuah pengalaman yang bagi sebagian besar pengunjung terasa otentik dan jarang ditemui.
Di pusat konservasi, saat ini terdapat sembilan ekor gajah yang dirawat para mahout. Dua di antaranya masih anak-anak, sementara beberapa lainnya sudah memasuki usia remaja dan dewasa. Setiap gajah memiliki karakter sendiri, dan para mahout menganggap mereka seperti keluarga.
Meski begitu, aktivitas wisata tetap dibatasi oleh aturan ketat. Untuk masuk kawasan Taman Nasional, setiap wisatawan wajib didampingi pemandu resmi. Aturan ini dibuat untuk menjaga keselamatan pengunjung sekaligus melindungi kelestarian hutan Leuser yang menjadi rumah berbagai satwa langka.
Dengan kekayaan alam yang nyaris tak ada habisnya, Tangkahan menawarkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar liburan. Ia menyajikan kedekatan dengan alam dan satwa liar dalam bentuk yang paling manusiawi tenang, bersih, dan penuh penghormatan. Tak heran jika banyak wisatawan berjanji untuk kembali, seolah Tangkahan menyisakan ruang rindu yang sulit dijelaskan.(bp1)


