Politik

Tangis Nenek Sangkot di Hadapan Hadi Suhendra dan Masalah Tawuran di Belawan 

Medan, buanapagi.com — Isak tangis pecah dari seorang perempuan lanjut usia bernama Sangkot (74), warga Jalan Selebes, Kampung Aceh, Belawan. Di hadapan Wakil Ketua DPRD Kota Medan, Hadi Suhendra, air mata Nenek Sangkot tumpah ketika dia mengungkapkan nasibnya yang tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, meski dirinya memegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan hidup dalam keterbatasan.

“Saya sekali pun tidak pernah dapat bantuan, padahal saya warga yang tidak mampu,” ujarnya sambil menangis, Minggu (27/7/2025).

Nenek Sangkot selama ini bertahan hidup hanya dengan bantuan tetangga dan anak-anaknya yang juga hidup dalam serba kekurangan. Suaranya bergetar, tubuhnya renta, namun kepedihan hidup membuatnya tak sanggup lagi menahan perasaan.

Mendengar curahan hati itu, Hadi Suhendra tampak tersentuh. Dia menghampiri Nenek Sangkot dan berjanji akan mengurus langsung agar hak bantuan sosial yang seharusnya dia terima bisa segera disalurkan.

“Ini menyentuh hati saya. Tidak seharusnya warga seperti beliau yang sudah lanjut usia dan hidup susah dibiarkan tanpa bantuan. Saya akan kawal sendiri agar Nenek Sangkot bisa segera mendapatkan haknya,” ujar Legislator Dapil II ini.

Namun, derita warga Belawan tak berhenti pada urusan perut. Ada luka sosial lain yang juga terus menganga. Tawuran antar-remaja yang seakan tak kunjung usai. Hadi Suhendra mengaku prihatin dan menyesalkan makin maraknya aksi kekerasan yang melibatkan anak-anak muda di kawasan Belawan.

Politisi Partai Golkar ini menyebut, sudah terlalu banyak korban jiwa berjatuhan. “Kalau saya hitung sendiri, sudah banyak nyawa melayang karena tawuran. Ini bukan hal sepele. Ini darurat,” tegasnya.

Hendra (sapaan akrabnya) mengenang masa kepemimpinan mantan Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Josua Tampubolon, yang dianggap berhasil meredam aksi-aksi kekerasan dengan langkah-langkah tegas namun terukur. Dirinya berharap kepemimpinan saat ini di bawah AKBP Janton Silaban Wahyu bisa melanjutkan pendekatan yang sama.

“Kita harus tegas. Tawuran ini tidak bisa dibiarkan. Hari ini mungkin belum kena keluarga kita, tapi kalau dibiarkan, suatu saat pasti kena. Kita tidak ingin uang yang dikumpulkan susah payah untuk biaya sekolah anak-anak, malah jadi biaya rumah sakit atau pemakaman karena mereka jadi korban,” ujar Hendra, penuh keprihatinan.

Hendra juga mengajak para orang tua untuk lebih aktif menjaga dan membimbing anak-anak mereka agar tidak terlibat dalam pergaulan negatif. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kita semua harus saling bantu, saling ingatkan. Anak-anak kita harus diselamatkan,” pesannya.(bp1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *