Medan, buanapagi.com – Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin mengatakan, sejak Juli 2021 telah terjadi kenaikan pada sejumlah kebutuhan pokok masyarakat dunia yang ditampilkan dalam grafik cereals price index.
Namun belakangan, harga kembali turun
seiring dengan produksi yang mengalami kenaikan, dan pelonggaran aktifitas bongkar muat di laut hitam setelah Rusia masuk dalam kesepakatan ekspor biji bijian, demikian disampaikan Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin kepada wartawan dalam acara Meet and Greet Media Bank Sumut di Medan, Jumat (10/11/2023).
Acara bertema “Mendukung UMKM Lokal Lewat Pemasaran dan Promosi di Media” itu diprakarsai Forum Wartawan Bank (FWB) diketuai Khairunnisa Lubis. Dihadiri wartawan media cetak dan online Medan.
“Ditengah kondisi ini, media diharapkan mampu memberikan informasi akurat terkait ekspektasi situasi ekonomi ke depan. Dan media mampu menyuarakan inovasi yang sudah ditemukan dan bisa ditiru oleh pelaku UMKM lainnya”, ujarnya.
Media juga disarankan, lanjutnya, konsisten mempromosikan produk UMKM ke masyarakat, terlebih dengan ulasan yang lengkap, baik produk maupun profil usaha pelaku UMKM.
Dia pun mengatakan, saat ini bank juga akan semakin selektif dalam menjaring debiturnya. Hal ini dilakukan dengan melihat tingginya risiko dunia usaha saat ini. Profil risiko bisnis pelaku UMKM akan menjadi bobot pertimbangan yang paling besar, dibandingkan dengan prospek keuntungan bisnis UMKM yang bisa didapatkan.
Namun khusus untuk Indonesia, harga beras di tanah air dalam hampir 3 bulan terakhir mengalami kenaikan yang cukup tajam. Dipicu oleh memburuknya sisi pasokan dan kebijakan proteksi yang diambil oleh negara yang memiliki surplus beras sekaligus menjadi negara eksportir.
Ditambah dengan kenaikan biaya input produksi akibat kenaikan harga pupuk sebelumnya, dan diperburuk dengan cuaca (el nino).
Gunawan menilai awal tahun 2022, ekonomi memasuki masa pemulihan. Dunia usaha optimis setelah melewati puncak pandemi. Februari 2022, operasi militer Rusia di Ukraina memicu sikap pesimis pelaku pasar.
Harga pangan dan enerji mengalami kenaikan. Maret 2022, bank sentral AS menaikkan bunga acuan hingga saat ini. Suku bunga acuan Bank Sentral Negara lain juga ikut naik. Dunia usaha kian pesimis, kenaikan bunga acuan untuk meredam inflasi akan memperburuk kinerja ekonomi.
Gunawan menyebut memasuki 2023, sejumlah program andalan pemerintah
dalam mendongkrak daya beli seperti bantuan sosial digencarkan. Program Bansos untuk bantuan kenaikan harga BBM diperluas. September 2022, harga BBM subsidi dinaikkan. Inflasi terkerek naik 6,1 persen. Harga komoditas unggulan Sumut (sawit) dalam tren turun.
El nino picu kenaikan harga pangan pokok seperti beras. El Nino juga membuat banyak negara menutup kran ekspor pangannya. Akibatnya, harga pangan melambung. Daya beli kian terpuruk.
“Namun pasca pandemi Covid-19, tepatnya awak tahun 2022, survei ke UMKM mereka optimis bahwa geliat ekonomi akan membaik. Omset diproyeksikan meningkat. Lockdown kembali dibuka,” katanya.
Pertengahan tahun hingga penutupan 2022, harga BBM naik, banyak karyawan dirumahkan. Pelaku usaha mikro dan kecil menjamur dan persaingan kian ketat.
Menurutnya, skenario terburuk kedepan yang perlu diwaspadai bagi UMKM adalah kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi, lebih banyak menguras ruang fiskal dalam bentuk kebijakan kenaikan gaji PNS, bantuan sosial serta kebijakan konsumtif lainnya.
Produktifitas pelaku UMKM yang menurun, akan membuat pelaku UMKM lebih banyak
membutuhkan modal, baik untuk investasi
maupun untuk memenuhi kewajibannya.
“Akses permodalan yang kian sulit seiring dengan peningkatan resiko bisnis dan suku bunga akan mengancam keberlangsungan pelaku UMKM,” kata Gunawan.
Jika stabilitas ekonomi tidak mampu dijaga atau mengalami perlamabatan yang serius, maka pelaku UMKM sangat rentan terjebak dengan utang yang menggunung ditambah pendapatan yang tak naik atau bahkan menurun.
“Keberlangsungan usaha menjadi terancam. Padahal bisnis UMKM banyak mengandalkan konsumen domestik,” ujarnya.
Penyaluran KUR 2023 Belum Terpenuhi
Sementara itu, Pemimpin Devisi Ritel Bank Sumut Erwin Zaini mengatakan, penyaluran KUR tahun ini belum terpenuhi karena ada perubahan kebijakan penyaluran KUR 2023, oleh pemerintah dengan tujuan pengefektifan pemberian subsidi bunga untuk menciptakan kemandirian pelaku UMKM.
“Jadi inilah kendala yang kami alami saat ini. Dimana rencana dan anggaran yang telah dipersiapkan dengan matang, harus tertunda dengan perubahan kebijakan penyaluran KUR 2023 oleh pemerintah”, jelasnya.
Dengan adanya perubahan kebijakan tersebut, Bank Sumut, saat ini sedang melakukan pengembangan fitur-fitur kredit di sektor pertanian dan peternakan dengan skema yang disesuaikan dengan pola usaha sektor usaha yang dibiayai.
“Bank Sumut memiliki ragam produk pembiayaan baik kredit mikro, kredit program hingga kredit komersial untuk mendukung peningkatan UMKM seperti Kredit Permaisuri dan KUR Super Mikro, plafond keduanya sampai Rp10 juta. Jadi Bank Sumut menyediakan pembiayaan terlibat dalam rantai pasok usaha, perluasan akses pemasaran dan pengembangan UMKM Naik Kelas,” jelas Erwin.
Produk alternatif Kredit Usaha Rakyat (KUR) yakni Kredit Mikro Sumut Sejahtera (KMSS), Kredit Usaha Sumut Sejahtera (KUSS).
Untuk KUR, sampai Oktober 2023 terealisasi Rp937,288 miliar dengan Non Performing Loan (NPL) 2,48 persen. Penyalurannya memang masih rendah dari kuota Rp1,5 triliun dan juga dibanding realisasi tahun 2022 sebesar Rp1,348 triliun.
Sebelumnya, Ketua Forum Wartawan Bank (FWB) Khairunnisa Lubis berharap, agar Bank Sumut terus memberikan pelayanan yang terbaik dan tetap tumbuh positif dalam perekonomian di Sumut
“Semoga koordinasi antara Bank Sumut dan FWB tetap berjalan dengan baik, dan ke depan terap solid,” katanya. (bp1)