Ragam

Nama Daerah Tapanuli Selatan Berkonotasi Negatif, Ternyata Ini Penyebabnya

Tapsel, buanapagi.com – Nama daerah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Provinsi Sumatera Utara atau Sumut dari sejak 1970 atau setidaknya dari 1980-an hingga sekarang selalu berkonotasi negatif dan membuat putra-putrinya merasa malu. Ternyata kondisi jalan rusak dan hancur, sehingga menyulitkan warga dan pengguna jalan yang menjadi penyebabnya.

Hal itu diungkapkan Syamsul Bahri Harahap, putra Luat Harangan atau lebih dikenal dengan sebutan kawasan Luat Doloksordang, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, di Sipirok, Minggu (15/08/2021), menanggapi jalan menghubungkan Dusun Gunung Manungkap, Kelurahan Batang Tura, Kecamatan Angkola Timur dengan Barnangkoling, Kecamatan Sipirok yang putus total dari tanggal 13 hingga 14 Agustus 2021 kemarin.

Dikatakannya, memang jalan itu sudah sejak lama terkenal sangat rawan karena tanahnya lebih banyak pasir halus yang sangat mudah hanyut dibawa arus air. Hal itu, menuntut adanya langkah pembuatan jalan pengganti yang terhindar sulitnya penggunaan jalan, tetapi itupun masih akan sulit, ditambah lagi dengan rencana tersebut akan menelan banyak anggaran biaya karena pebukitannya agak memanjang.

“Sejak tahun 1990/1991, itu sudah menjadi jalan walau penggunaannya masih sebatas untuk memasok bibit tanaman tusam, artinya masih rel batu 20 cm kiri kanan jalan. Pembangunan awal jambatan Barnangkoling berikut gorong- gorong di lima titik di kawasan tersebut. Waktu itu kami memakai jasa kuda sebagai pengangkut semennya,” kata Syamsul yang mengaku tahu benar dengan tekstur tanah badan jalan di sekitar Gunung Manungkap dan Barnangkoling itu.

Ditambahkan Syamsul, tanah yang bercampur pasir jalan saat menjelang Desa Barnangkoling, lebar jalannya dipersiapkan sekitar 14 meter termasuk rencana parit di dekat pegunungannya. Tetapi, karena jurangnya terlalu curam dan dalam ditambah material pasir yang ada sangat mudah longsor.

“Saat itu saya ditugasi menjadi pengawas untuk salah satu kontraktor pemborong, makanya saya agak banyak menguasai kawasan dan tekstur tanah di bawah badan jalan jurusan Dusun Gunung Manungkap, Kelurahan Batang Tura, Kecamatan Angkola Timur – desa Barnangkoling, Kecamatan Sipirok,” katanya.

Syamsul seolah mempertanyakan, kapan ada anggaran perbaikan jalan secara total terkucur ke Luat Harangan, Dolok sordang, jawabannya, katanya, tergantung kepada adanya kekompakan di antara warga dan kemudian mengusulkannya dan berdoa serta mempersiapkan generasi kita sebagai penentu di kabupaten, provinsi maupun di pusat.

“Diketahui, sesungguhnya asal kampung kita, merupakan daerah Bukit Barisan yang terjal. Anak-anak kita perlu dibekali pengetahuan, dengan menunjukkan keberhasilan para putra dan perantau Doloksordang dan sekitarnya telah membawa nama yang harum bagi Doloksordang. Kampung halaman kita, sangat butuh pengabdian seperti dicontohkan alm. Raja Inal Siregar, Drs. Syaripuddin Harahap dan Ir. Yahya Harahap,” kata Syamsul.

Menurutnya, konsep Martabe yang dicetuskan Raja Inal, itu salah satu sasarannya rehabilitasi atau perbaikan jalan yang melintasi kawasan Padangsidimpuan Timur, Tabusira, Barnakkoling, Tapus Harangan sampe Sipirok. Upaya agar hal itu terwujud hanya dengan berjuang, kompaklah generasiku untuk tanah kelahiran, katanya.(bp/NP.04)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *