Kisaran, buanapagi.com – Seorang ibu rumah tangga bersama lima orang anaknya yang masih dibawah difasilitasi oleh pihak keluarga mendatangi Kantor Dinas Sosial Kabupaten Asahan, Rabu (21/07/2021).
Ibu rumah tangga tersebut berinisial RW (30) bersama anaknya RA (14), BL (12), IS (9) ISA (6) dan AW (3), mengaku menjadi korban kekerasan dari suaminya berinisial SB (42).
“Kami selalu mengalami tindakan kekerasan, disuruh berbuat jahat, dan bila tidak mengikuti perintah kami akan disiksa,” ungkap RN di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Asahan.
RN yang didampingi keluarganya MD seorang nelayan yang tinggal di Bagan Asahan itu dan SS warga Pasar Banjar dan beberapa orang lagi, mengakui mereka selalu tinggal secara tidak menetap dan selalu di perkebunan sawit, bahkan dirinya tidak mengetahui tempatnya secara pasti.
“Kami pernah tinggal di Palembang, Ujung Batu Sosa, Madina, dan Gunung Tua,” ungkapnya yang tidak mengetahui secara pasti lokasinya.
Menurut ibu rumah tangga itu, suaminya sengaja membawa mereka karena untuk menghindari kejaran dari pihak kepolisian, sebab selama ini suaminya itu terlibat beberapa kasus penggelapan mobil yang diperkuat pengakuan anaknya RA yang paling tua.
Anehnya lagi, terkadang mereka harus berganti-ganti nama, termasuk keempat anaknya. “Mungkin untuk mengelabui orang,” sebut istrinya yang hanya pasrah dengan kondisinya saat ini.
MD juga menjelaskan, dengan modus merental mobil, berhasil menggelapkan mobil milik warga Kota Tanjungbalai dan telah dibuat pengaduan, salah satunya di Polresta Binjai. “Sepengetahuan kami ada dua kasus penggelapan mobil berasal dari Kota Tanjungbalai dengan modus rental mobil,” ungkapnya lagi.
Bahkan dirinya bersama keluarga yang memiliki iktikad baik, untuk menyelamatkan keponakan bersama anak-anaknya itu, nyaris menjadi korban pembegalan. “Niat baik untuk menyelamatkan keluarga ini, nyaris menjadi petaka bagi kami,” ungkap MD.
Pasal, mereka dihubungi oleh keponakannya itu, karena sudah tidak tahan dengan perilaku suaminya, sehingga minta jemput di Gunung Tua. “Kami jemput, namun setelah diketahui, bahwa putranya yang paling tua mendapat perintah dari ayahnya untuk berbuat jahat dengan kami,” ungkapnya.
RA tidak membantah keterangan kakeknya itu. “Aku disuruh orang tua ku, terkadang tidak mampu menolak perintah itu,” ungkap RA yang terbata-bata.
Ini juga yang menyebabkan MD bersama keluarga untuk menitipkan mereka ke Dinas Sosial, karena khawatir terjadi sesuatu. “Tadi malam saja, rumah kamu pukul 03.00 WIB, digedur orang tidak dikenal. Mungkin ini rangkaian karena kami menyelamatkan keluarga ini,” ungkap MD.
Sementara itu, dua orang Pekerja Sosial (Peksos) yang menampung aspirasi itu warga Bagan Asahan itu, menyarankan agar membuat pengaduan sesuai dengan kartu identitas mereka. “Mereka ini memiliki Kartu Keluarga (KK) yang dikeluarkan Pemerintah Kota Tanjungbalai, maka kami sarankan agar membuat pengaduan ke Polresta Tanjungbalai atas dugaan penelantaran. Apalagi anak-anaknya tidak mengecam pendidikan padahal usia pendidikan,” ungkap Dewi sembari mengatakan pihaknya akan mencoba memfasilitasi ke Kota Tanjung Balai.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Asahan Awaluddin sangat menyayangkan sikap orang tua yang menelantarkan apalagi melibatkan ke dalam situasi yang tidak baik.
“Semoga semua pihak yang mendengar cerita ini, bisa berempati dan menyelamatkan mereka dari situasi yang tidak baik,” ungkapnya. (bp/IZAL)